I. PENDAHULUAN
Kota Banjar dengan Visinya ” Terwujudnya Kemandirian Kota Banjar berlandaskan Iman dan Taqwa sebagai pintu gerbang Propinsi Jawa Barat Tahun 2010”. Hal ini membutuhkan beberapa aspek yang saling keterkaitan karena resiko sebagaikota pintu gerbang dapat meningkatkan tranmisi / migrasi penyakit menular serta perilaku yang heterogen. Dalam rangka menuju Banjar sehat 2008 salah satu Program Dinas Kesehatan Kota Banjar adalah Program Pemberantasan Diare yang didalamnya terdapat Program Penanggulangan Cacingan.
Penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak - anak sekolah dasar / MI dikarenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk / C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat / anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk.
Program Penanggulangan penyakit cacingan di Kota Banjar lebih ditekankan pada anak Sekolah Dasar / MI adalah dengan cara memutus mata rantai dari daur hidup cacing tersebut yaitu dengan pemberian obat cacing pada orang yang cacingan dan Program Pemberian Makanan Tambahan. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) ialah suatu upaya untuk meningkatkan ketahanan fisik bagi anak Sekolah Dasar / MI di Banjar. melalui perbaikan gizi dan kesehatan diharapkan dapat mendorong minat dan kemampuan anak untuk belajar. Konsep PMT-AS sejalan dengan pemikiran pakar gizi Internasional dan Nasional yang menyimpulkan bahwa perbaikan gizi baru akan efektif apabila dipadukan secara holistik dengan program-program lain, salah satunya adalah dengan pemberian obat cacing.
II. Kegiatan Survey Kecacingan
Kegiatan Survey Kecacingan ini dilaksanakan oleh Team seksi P2P Dinkes Kota Banjar dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor yaitu Disdik (Guru UKS SD) dan Depag (Guru Orkes MIS) serta PKM setempat. Waktu pelaksanaan pada tanggal 4 dan 5 September 2007, dan hanya meliputi SD 10 Hegarsari, SD 3 Pataruman, SD 2 Langensari dan MIS Waringinsari. Sedangkan anak yang diperika terbatas hanya kelas III, IV dan IV yang seluruhnya 303 murid.
Kegiatan terdiri dari :
1. Quisioner dilakukan terhadap 303 murid SD / MI tersebut dimana terdiri dari 12 pertanyaan yang secara garis besar masalah cacingan.
2. Pemeriksaan sampel tinja terhadap 303 murid yang dilakukan di Lab. PKM Pataruman dan Lab PKM Langensari
3. PMT-AS pada 303 murid beripa Susu Ulta dan Biskuat.
III. Hasil Kegiatan
HASIL KEGIATAN PEMERIKSAAN FESES SURVEY KECACINGAN
DINAS KESEHATAN KOTAN BANJAR
TANGGAL 4 DAN 5 SEPTEMBER 2007
1. SDN 10 Hegarsari Kelas III dan IV : 88 siswa
2. SDN 3 Pataruman Kelas III (a,b), IV (a,b) : 99 siswa
3. SDN 2 Langensari Kelas III, IV (a,b) : 73 siswa
4. MIS Waringinsari Kelas III, IV dan V : 43 Siswa
Jumlah siswa yang diperiksa = 303 siswa
Jumlah siswa yang Positif cacingan = 12 siswa
a. Hasil Pemeriksaan Tinja :
1. Prevalensi Cacingan = Jml Positif Telur cacing dikalikan 100 % dibagi jmlh murid yg diperiksa.
12 / 303 X 100 % = 3,96
Pevalensi menunjukan 3,96 %, berarti tidak perlu diadakannya pengobatan masal terhadap murid SD/MI tersebut. Jika prevalensi > 20 % maka perlu di lakukan pengobatan masal. Pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan selektif yaitu pengobatan yang terhadap murid yang menjadi sasaran program, tetapi hanya yang posistif cacingan yang diberikan obat cacingan yaitu terhadap 12 murid.
2. Klasifikasi Intensitas Infeksi termasuk kategori Ringan karena jumlah telur cacingnya termasuk ke dalam 1 – 4.999
Jenis cacing = Jml telur di bagi jumlah siswa X jml smpl feses
- C. Gelang. = 38 / 7 X 1000 / 40 = 135,7
- C. Cambuk. = 24 / 5 X 1000 / 40 = 120
b. Hasil Wawancara :
1. Secara garis besar hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan murid SD / MI tentang masalah kecacingan masih kurang. Hal ini disebabkan karena belum adanya materi pelajaran khusus tentang penyakit cacingan pada sekolah dasar khususnya untuk kelas III, IV dan V.
2. Walaupun tingkat pengetahuan murid kurang mengenai masalah penyakit cacingan tetapi hasil pemeriksaan sampel feses menunjukan prevalensi rendah yaitu 3,96 %, hal ini kemungkinan karena ditunjang oleh status gizi anak sekolah tersebut cukup baik.
IV. Saran
1. Program survey kecacingan ini hanya terbatas pada 3 sekolah dasar dan 1 MI saja dikarenakan sumber dana yang terbatas hanya dari APBD I Propinsi Jawa Barat, sedangkan untuk sumber dana APBD II Kota Banjar untuk survey kecacingan sampai saat ini belum ada. Jadi untuk lebih mewakili survey kecacingan dan untuk meningkatkan cakupan penyakit cacingan pada sekolah dasar / MI di Kota Banjar perlu dana yang lebih besar lagi.
sumber : Acep Iwan
Kota Banjar dengan Visinya ” Terwujudnya Kemandirian Kota Banjar berlandaskan Iman dan Taqwa sebagai pintu gerbang Propinsi Jawa Barat Tahun 2010”. Hal ini membutuhkan beberapa aspek yang saling keterkaitan karena resiko sebagai
Penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak - anak sekolah dasar / MI dikarenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk / C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat / anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk.
Program Penanggulangan penyakit cacingan di Kota Banjar lebih ditekankan pada anak Sekolah Dasar / MI adalah dengan cara memutus mata rantai dari daur hidup cacing tersebut yaitu dengan pemberian obat cacing pada orang yang cacingan dan Program Pemberian Makanan Tambahan. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) ialah suatu upaya untuk meningkatkan ketahanan fisik bagi anak Sekolah Dasar / MI di Banjar. melalui perbaikan gizi dan kesehatan diharapkan dapat mendorong minat dan kemampuan anak untuk belajar. Konsep PMT-AS sejalan dengan pemikiran pakar gizi Internasional dan Nasional yang menyimpulkan bahwa perbaikan gizi baru akan efektif apabila dipadukan secara holistik dengan program-program lain, salah satunya adalah dengan pemberian obat cacing.
II. Kegiatan Survey Kecacingan
Kegiatan Survey Kecacingan ini dilaksanakan oleh Team seksi P2P Dinkes Kota Banjar dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor yaitu Disdik (Guru UKS SD) dan Depag (Guru Orkes MIS) serta PKM setempat. Waktu pelaksanaan pada tanggal 4 dan 5 September 2007, dan hanya meliputi SD 10 Hegarsari, SD 3 Pataruman, SD 2 Langensari dan MIS Waringinsari. Sedangkan anak yang diperika terbatas hanya kelas III, IV dan IV yang seluruhnya 303 murid.
Kegiatan terdiri dari :
1. Quisioner dilakukan terhadap 303 murid SD / MI tersebut dimana terdiri dari 12 pertanyaan yang secara garis besar masalah cacingan.
2. Pemeriksaan sampel tinja terhadap 303 murid yang dilakukan di Lab. PKM Pataruman dan Lab PKM Langensari
3. PMT-AS pada 303 murid beripa Susu Ulta dan Biskuat.
III. Hasil Kegiatan
HASIL KEGIATAN PEMERIKSAAN FESES SURVEY KECACINGAN
DINAS KESEHATAN KOTAN BANJAR
TANGGAL 4 DAN 5 SEPTEMBER 2007
1. SDN 10 Hegarsari Kelas III dan IV : 88 siswa
2. SDN 3 Pataruman Kelas III (a,b), IV (a,b) : 99 siswa
3. SDN 2 Langensari Kelas III, IV (a,b) : 73 siswa
4. MIS Waringinsari Kelas III, IV dan V : 43 Siswa
Jumlah siswa yang diperiksa = 303 siswa
Jumlah siswa yang Positif cacingan = 12 siswa
a. Hasil Pemeriksaan Tinja :
1. Prevalensi Cacingan = Jml Positif Telur cacing dikalikan 100 % dibagi jmlh murid yg diperiksa.
12 / 303 X 100 % = 3,96
Pevalensi menunjukan 3,96 %, berarti tidak perlu diadakannya pengobatan masal terhadap murid SD/MI tersebut. Jika prevalensi > 20 % maka perlu di lakukan pengobatan masal. Pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan selektif yaitu pengobatan yang terhadap murid yang menjadi sasaran program, tetapi hanya yang posistif cacingan yang diberikan obat cacingan yaitu terhadap 12 murid.
2. Klasifikasi Intensitas Infeksi termasuk kategori Ringan karena jumlah telur cacingnya termasuk ke dalam 1 – 4.999
Jenis cacing = Jml telur di bagi jumlah siswa X jml smpl feses
- C. Gelang. = 38 / 7 X 1000 / 40 = 135,7
- C. Cambuk. = 24 / 5 X 1000 / 40 = 120
b. Hasil Wawancara :
1. Secara garis besar hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan murid SD / MI tentang masalah kecacingan masih kurang. Hal ini disebabkan karena belum adanya materi pelajaran khusus tentang penyakit cacingan pada sekolah dasar khususnya untuk kelas III, IV dan V.
2. Walaupun tingkat pengetahuan murid kurang mengenai masalah penyakit cacingan tetapi hasil pemeriksaan sampel feses menunjukan prevalensi rendah yaitu 3,96 %, hal ini kemungkinan karena ditunjang oleh status gizi anak sekolah tersebut cukup baik.
IV. Saran
1. Program survey kecacingan ini hanya terbatas pada 3 sekolah dasar dan 1 MI saja dikarenakan sumber dana yang terbatas hanya dari APBD I Propinsi Jawa Barat, sedangkan untuk sumber dana APBD II Kota Banjar untuk survey kecacingan sampai saat ini belum ada. Jadi untuk lebih mewakili survey kecacingan dan untuk meningkatkan cakupan penyakit cacingan pada sekolah dasar / MI di Kota Banjar perlu dana yang lebih besar lagi.
sumber : Acep Iwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar