Selasa, 09 September 2008

KECACINGAN Turunkan KECERDASAN ANAK waduh

Lebih dari satu milyar orang di seluruh dunia menderita penyakit kecacingan. Jumlah kecacingan di Indonesia termasuk besar terutama pada anak-anak. Meski tidak menimbulkan kematian, dampaknya tak bisa dianggap enteng. Penyakit kecacingan berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental. Terutama jika terjadi selama masa pertumbuhan anak.

Kecacingan identik dengan wajah pucat, tubuh kurus, fisik sulit berkembang, dan perut membuncit. Ini karena zat-zat gizi yang dibutuhkan anak diserobot oleh cacing yang terus berkembang biak dalam tubuhnya. Makin banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang diambil sehingga si kecil mengalami kondisi kurang gizi.

Pada ibu hamil, kecacingan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan. Bayinya kemungkinan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Kecacingan berat dapat menyebabkan radang paru, gangguan hati, kebutaan, penyumbatan usus, bahkan kerusakan tubuh secara signifikan yang meninggalkan kecacatan. Karenanya, jangan anggap enteng kecacingan.

MULUT DAN PORI-PORI

Anak-anak tentu saja rentan kecacingan. Cacing parasit (cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang, cacing pita, cacing kremi) masuk ke dalam tubuh melalui dua jalan. Pertama lewat mulut, yaitu ketika anak makan makanan yang tidak higienis, seperti tidak dicuci bersih dan banyak dihinggapi lalat yang membawa telur cacing. Telur tersebut selanjutnya akan masuk ke saluran pencernaan. Di sana, telur menetas dan berkembang biak. Biasanya, sasaran cacing adalah tempat yang banyak menyimpan sari-sari makanan, seperti usus.

Kedua, cacing masuk lewat pori-pori. Bila anak tidak memakai alas kaki saat berjalan di tanah dan bersentuhan dengan telur cacing, sangat mungkin telur itu masuk ke dalam tubuhnya lewat pori-pori. Selanjutnya, telur akan masuk ke pembuluh darah dan sampai di tempat yang memungkinkannya berkembang biak: bisa di usus, paru-paru, hati, atau di bagian tubuh lain.

Risiko penyakit kecacingan dapat dikurangi dengan obat yang efektif, berkualitas, dan keamanannya sudah terbukti. Obat diberikan bila ada indikasi, misalnya pada feses anak ditemukan cacing atau terdapat ciri kurang gizi yang bukan disebabkan kurang makan. Pada gejala ringan, obat cacing khusus anak bisa diberikan. Obat ini bisa dibeli bebas di apotek alias tanpa resep dokter. Jangka waktu pemberian obat yaitu 6 bulan sekali. Tujuannya untuk memotong siklus kehidupan cacing tersebut saat ia mulai tumbuh dewasa. Jika 3 bulan setelah minum obat masih ditemukan cacing pada feses, obat bisa saja diberikan lagi tanpa harus menunggu hingga 6 bulan.

Nah, pada kasus cacingan yang berat, di antaranya jika anak sudah lesu berlebihan, tidak bernafsu makan, dan muntah yang mengakibatkan daya tahan tubuhnya turun, dokter perlu dilibatkan. Gejala yang berat akan berakibat fatal.

CEGAH KECACINGAN

1. Mandikan anak setiap hari. Gunakan sabun dan air bersih

2. Guntinglah kuku anak secara teratur untuk mencegah telur mengendap di situ.

3. Cuci tangan anak dengan sabun setelah ia memegang benda-benda kotor atau sebelum makan.

4. Biasakan anak selalu bersandal atau bersepatu bila keluar rumah.

5. Cuci lalapan dan buah dengan air bersih mengalir.

6. Beri anak pengertian agar tidak memasukkan jarinya ke dalam mulut. Terangkan kepadanya akibat yang bisa terjadi.

7. Ajari anak cara menjaga kebersihan saat BAB dan BAK.

8. Pelihara kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun halaman rumah.

9. Biasakan anak untuk tidak jajan di tempat sembarangan.

SUMBER : NIKITA

Tidak ada komentar: