Cacingan dan kerugian negara berbanding lurus. Makin banyak anak Indonesia menderita cacingan, semakin banyak pula kerugian negara. Hati-hati cacingan!
Hasil survei Bank Dunia terbaru menunjukkan Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp 30-33 miliar per tahun akibat penyakit cacing, meski itu bukan penyakit kronik dan endemik.
Hal itu disampaikan pakar kesehatan Hendrawan Nadesul di sela-sela Workshop Nasional bertajuk "Program Dedikasi Lifebuoy Berbagi Sehat" di Hotel Menara Peninsula, Jl S Parman, Slipi, Jakarta, Selasa (11/7).
"Jika aset-aset negara kita menderita cacingan, kehilangan karbohidrat, protein, anemia, dan produktivitasnya menjadi rendah, maka Indonesia akan banyak merugi. Generasi penerusnya menjadi tidak berkualitas," jelas Hendrawan.
Di Indonesia, cacing yang paling banyak menginfeksi manusia dan ditularkan lewat tanah ada tiga jenis, yaitu cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing kait atau cacing tambang.
Cacing yang terakhir ini terdiri atas Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Dari dua jenis ini, yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Necator americanus.
Diungkapkan dia, kebiasaan hidup yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab tingginya angka penderita cacingan di Indonesia.
Berdasarkan survei Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Cacing di Indonesia tahun 1992, angka penderita penyakit cacing di Indonesia mencapai 60-90 persen dari total jumlah anak di Indonesia. Penyakit tersebut banyak diderita anak umur 5-14 tahun.
"Keadaan ini dipicu oleh tidak dibudayakannya kebiasaan hidup sehat sejak dini. Yang dibiasakan selama ini hanya mengobati, bukan mencegah," tambah Hendrawan.
Menanggapi hal ini, pakar sosiologi Imam Prasodjo mengatakan kebiasaan itu harus diubah. Tentu saja, perubahan memerlukan struktur dan sistem yang baru.
"Jika ada struktur dan sistem yang baru, mungkin Puskesmas akan berubah. Mungkin di Puskesmas akan ada dapur, tempat fitness dan fasilitas lain. Puskesmas bukan hanya untuk mengobati tetapi untuk pencegahan," papar Imam.
Diare
Selain penyakit cacingan, masyarakat juga harus mewaspadai diare. Sebab diare adalah penyebab kematian ke-3 pada balita, dan ke-5 pada semua umur.
"Menurut survei Sub Bidang Diare Depkes tahun 2000, angka penderita diare di Indonesia adalah 301 per 1.000 penduduk," ujar Hendrawan.
Bahkan diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa, karena mengakibatkan banyak penderita dalam waktu singkat.
SUMBER : HARIAN GLOBAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar