Senin, 08 September 2008

Cacingan bisa Turunkan Prestasi Belajar

KALANGAN orangtua mesti bersikap waspada. Penyakit cacingan yang menyerang buah hatinya bisa mengancam prestasi belajar. “Jika anak mengidap penyakit cacingan, maka prestasi belajarnya akan menurun,” ujar Dokter IG.A. Eliwati, saat memberi penyuluhan kepada para guru dan orangtua siswa SD 31 Dangin Puri, Denpasar Timur, belum lama ini.

Penyakit ini membuat daya serap anak terhadap pelajaran akan berkurang. Selain itu, anak sulit berkonsentrasi dalam proses belajarnya.
Hal itu dibenarkan Ibu Sumatran, guru SD 31 Denpasar. Beberapa anak cacingan mengalami gangguan dalam proses belajar. Wajah anak kurang ceria saat menerima pelajaran adalah salah satu cirinya. Berdasarkan pengalamannya, prestasi belajar anak mengalami perubahan setelah dianjurkan minum obat cacing.
“Sayangnya, orangtua sering kurang paham kondisi anaknya semacam ini. Bila anak mengidap cacingan bisa menurunkan prestasi belajar,” sesal Ibu Sumatran.
Menurut Dokter Eliwati, yang parasit yang berdiam di perut manusia menyebar ke paru-paru, bahkan otak. “Selain menyerobot sari-sari makanan dalam usus,” jelasnya.
Karena itulah diadakan Program Pemberantasan Cacingan di 15 Sekolah Dasar di Denpasar. Tujuannya tiada lain untuk meningkatkan SDM siswa SD sebagai generasi penerus dengan meningkatkan kondisi kesehatan dan gizi. Kegiatan ini berlangsung atas kerja sama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali dengan Yayasan Kesuma Buana Jakarta-Japan International Cooperation Agency dan didukung Pemerintah Kota Denpasar.
Program semacam ini telah dilaksanakan di DKI Jakarta dan telah berhasil menurunkan prevalensi cacingan dari 78,6% hingga di bawah 10%. Khusus di wilayah Kota Denpasar program ini baru dimulai tahun 2002.
“Hasilnya pun cukup menggembirakan, yakni anak yang mengidap cacingan telah dapat diturunkan dari 18% (2002/2003) menjadi 4,5% (2005),” tambah Drs. I Made Sukada, B.Sc, Korlap Pemberantasan Cacingan, saat mendampingi Dokter Eliwati.
Menurut Dokter Eliwati, jenis kegiatan ini meliputi survei dengan sasaran para guru dan murid. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji pemahaman, kebutuhan, serta respons guru dan murid tentang program pemberantasan cacingan yang akan dilaksanakan oleh PKBI Daerah Bali. Selanjutkan dari 15 SD akan dilakukan perluasan menjadi 50 SD selama dua tahun mendatang. Di setiap sekolah akan dilaksanakan serangkaian kegiatan penyuluhan untuk guru, orang tua siswa dan murid itu sendiri, pemeriksaan tinja untuk mendeteksi telur cacing (2 x setahun), pengobatan untuk siswa yang cacingan (2 x setahun), dan kegiatan lain yang mengarah kepada perilaku hidup bersih dan sehat lewat berbagai lomba; menggambar, mengarang dan yang lainnya.
Dalam program pemberantasan cacingan di sekolah-sekolah, nantinya setiap anak akan diberikan tiga kartu oleh petugas melalui guru. Jika anak mendapatkan kartu hijau berarti hasil pemeriksaan tinja anak itu negatif. Bila diberikan kartu kuning berarti anak menderita cacingan, selanjutkan diberikan obat cacing. Sedangan kartu merah, anak itu bebas diperiksa tinjanya.
Harapan petugas dan guru, hendaknya orangtua si anak mengerti akan program pemberantasan cacing ini. —tri

Muat 2 foto Tribana di Dewa Alit

---------------------------------------------------
Siswa Banjiri Perpustakaan sejak KBK Berlaku

PERPUSTAKAAN sebagai jantung pendidikan di sekolah sempat tak berfungsi. Fungsi perpustakaan sebagai tempat bacaan hanyalah wacana. Realitanya, perpustakaan hanya ramai saat ada tugas dari guru kelas.
Anak lebih dijejali dengan buku sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sehingga buku di perpustakaan hanya menjadi pajangan semata.
Sebelum diberlakukannya KBK, perpustakaan hanya didatangi segelintir orang yang memang kutu buku. Dari beberapa sekolah, pihak sekolah mengaku, ketika diberlakukannya KBK, perpustakaan kembali ramai, sampai-sampai ruang perpustakaan penuh sesak siswa.
Sesuai dengan apa yang diamanatkan KBK, siswa harus lebih kreatif dan mencari sendiri bahan yang dipakai untuk membuat tugas. Selain internet dan toko buku, perpustakaan adalah pilihan utama siswa untuk menekan biaya pendidikan yang melambung.
“Dari pada bayar di warnet dan beli buku, lebih baik meminjam buku di perpustakaan,” ungkap Ita salah satu siswa SMAN 1 Singaraja.
Kondisi perpustakaan SMA unggulan di Buleleng itu memang tak memadai. Apalagi akhir-akhir ini banyak siswa mengeluh tak bisa memanfaatkan ruang perpustakaan yang sempit. “Sebelum KBK diberlakukan, siswa hanya numpang di perpustakaan. Jarang ada yang mampir. Sekarang malah membludak,” tutur Drs. Nyoman Darta, kepala SMAN 1 Singaraja.
Untuk menunjang sarana bagi siswanya, pihak sekolah sudah menerima bantuan Gubernur Bali untuk pembangunan dua perpustakaan, yaitu perpustakaan maya dan manual. Hal tersebut dilakukan melihat adanya kebutuhan akan buku bacaan semakin banyak. Darta mengakui perpustakaan SMAN 1 Singaraja memang tak lengkap. Koleksinya kurang lebih 6000 buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Melihat minat baca yang semakin meningkat, pihak sekolah juga akan menambah koleksi buku di perpustakaan.
Hal senada juga diungkapkan kepala SMP Laboratorium IKIPN Singaraja, Drs. Made Resika. Sebelumnya siswa hanya iseng saja datang ke perpustakaan dan buku yang dicari hanya fiksi. Koleksinya pun kurang. Semenjak KBK, siswa membludak ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas.
Situasi serupa juga mewarnai Perpustakaan Daerah Kabupaten Buleleng. Sejak setahun terakhir, siswa SMA banyak yang berkunjung. Alasannya mencari buku untuk mengerjakan tugas sekolah. “Tahun sebelumnya memang jarang ada siswa yang datang. Umumnya mahasiswa yang berkunjung ke perpustakaan,” tutur Bu Agung, petugas Perpustakaan Daerah Kabupaten Buleleng.
Perubahan kurikulum pendidikan nasional 2004 tentu jangan sampai menurunkan minat siswa ke perpustakaan. Kurikulum baru pun mestinya bakal mendorong kegemaran membaca di kalangan siswa. —put

Tanpa foto
----------------------------------------------------------
Creative Friendly Game Siswa dan Guru
TAWA ceria dan teriakan bersemangat mewarnai Aula SD Adhi Mekar Indonesia (AMI) di bilangan Gatot Subroto Denpasar pada Minggu (19/3). Ratusan siswa dan guru dari 8 SD negeri dan swasta berbaur dalam lomba permainan yang bertajuk FIF Creative Friendly Game. Peserta dibagi dalam sepuluh kelompok yang merupakan gabungan siswa dan guru kedelapan sekolah. Masing-masing kelompok dengan penuh semangat mengerjakan tugas yang diberikan panitia. Tak ada batas antara guru dan murid. Guru dan muridpun saling beradu kecepatan dan ketangkasan dalam materi-materi yang dilombakan.
Bahkan tak tanggung-tanggung beberapa siswa lelaki sampai melepas baju dan bertelanjang dada. Hal ini tampak dalam lomba membuat menara tertinggi dari bahan-bahan yang melekat di badan. Setiap kelompok berusaha membuat menara tertinggi dan terkokoh. Bahannya mulai dari sepatu, topi, kaos, ikat pinggang sampai baju yang dipakai. Alhasil beberapa siswa laki tampak nyaris telanjang. Meski telah berjuang keras kadangkala menara roboh saat dikerjakan. Teriakan gregetan berbaur dengan teriakan pemberi semangat. Kondisi yang sama tampak dalam lomba membawa kotak kardus dengan gelang besi yang diikat benang. Kerjasama dan kekompakkan tim yang terdiri dari lima orang mutlak diperlukan sehingga bisa mengerjakan lomba.
Sekitar 10 materi lomba dikerjakan kelompok gabungan siswa dan guru SD negeri-swasta tersebut. Sebagian besar materi perlombaan mengadu logika masing-masing siswa, kemampuan menyelesaikan masalah dengan kerjasama yang solid, keberanian dan kemampuan sosialisasi serta adaptasi masing-masing siswa.
Juara 1 hingga harapan 2 mendapatkan hadiah uang total senilai Rp. 1.500.000,-, piala dan doorprize yang disediakan Federal International Finance (FIF) Cabang Denpasar selaku sponsor acara. Lomba ini dilaksanakan oleh Yayasan Adhi Mekar Indonesia (AMI) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Denpasar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Denpasar Drs I Gusti Lanang Jelantik, M.Si menyambut baik kegiatan ini. “Pemerintah Kota Denpasar memberikan penghargaan pada FIF Cabang Denpasar dan Yayasan AMI karena telah mengambil prakarsa kreatif dalam menumbuhkembangkan potensi anak-anak,” jelas Gusti Lanang Jelantik.
Lebih jauh Lanang Jelantik berharap agar setelah kegiatan ini para siswa dapat menumbuhkan kreatifitas dan berpikir kreatif. “Melalui lomba ini para siswa dapat berlatih bekerja kelompok, belajar berkomunikasi dan mengambil keputusan dalam kelompok,” tambah Kadis Dikbud. Pihaknya juga berharap pada akhir acara akan tumbuh keakraban berdasarkan kebersamaan. Lanang Jelantik meminta para guru agar dapat mencermati model-model permainan yang dilombakan sehingga bisa diterapkan di sekolah masing-masing. “Pada tingkat SD pengenalan pada ilmu pengetahuan dengan pendekatan bermain akan lebih mengena,” tambah Lanang Jelantik.
Koordinator Acara Budi Pangalela dari Yayasan AMI menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengakrabkan siswa SD negeri swasta. Sebab selama ini menurutnya ada anggapan di masyarakat bahwa sekolah dasar (SD) negeri dan swasta terpecah-pecah. SD swasta dianggap lebih elitis dan tidak mau bergaul dengan SD Negeri. Sedangkan Manager FIF Cabang Denpasar, Dra Ani Fanawatie, Ak menyatakan bahwa lomba ini sebagai bentuk kepedulian pihaknya pada pendidikan dan masyarakat Bali selaku stake holder FIF Cabang Denpasar. “Kami selaku pihak swasta ingin turut berpartisipasi dalam membangun dan mengembangkan dunia pendidikan di Kota Denpasar,” jelas wanita yang konsen dengan dunia pendidikan ini. Sebab baginya pendidikan di sekolah dasar merupakan pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa selanjutnya. Wanita energik ini berharap agar melalui lomba dapat mengakrabkan murid dengan guru. Selain itu murid mempunyai ketrampilan untuk menyesuaikan diri dengan cepat.
Rusmini, guru SDN 14 Pemecutan menyambut baik kegiatan lomba. “Beberapa model lomba akan saya coba terapkan di sekolah sehingga dapat merangsang kreatifitas sekolah, “jelas guru yang telah mengajar selama 33 tahun ini. Senada dengan Rusmini, Gusti Putu Adnyana guru Bahasa Bali di SD Raj Yamuna menyatakan bahwa model game seperti ini dapat memotivasi para siswa untuk berpikir kreatif dan meningkatkan kebersamaan antar SD negeri-swasta.
Salah seorang orangtua siswa, Nyoman Suardika, berharap agar Pemerintah Kota Denpasar bisa melaksanakan lomba-lomba semacam ini. “Sesekali bermain dan berkumpul sesama siswa dari sekolah lain tentu akan bermanfaat,” jelas bapak dua putra ini. Orangtua siswa dari SDN Tulangampiang ini mengaku permainan seperti itu dapat memicu kreatifitas dan ketrampilan anaknya dalam memecahkan permasalahan dalam kelompok.
SD yang ikut bertanding SDN Tulangampiang, SDN 1 Sumerta, SD Taman Rama, SDN 24 Pemecutan, SD Raj Yamuna, SD Cipta Dharma, SDN 14 Pemecutan dan SD Muhammadyah 1. Lomba akan dibagi dalam tiga tahap dan bersifat spontanitas. Materi lomba berbentuk kreatifitas dengan penilaian meliputi unsur : logika, keberanian, kerjasama tim, sosialisasi/adaptasi dan daya ingat.

Tidak ada komentar: